About

cover-twitter

Menjadi seorang aktivis itu adalah panggilan jiwa dan juga idealisme. Ia dibentuk dengan tempaan organisasi, diskusi juga aksi di lapangan berhadapan langsung dengan lawan politiknya. Bedanya aktivis kampus dengan aktivis lain, aktivis kampus dalam menyampaikan aspirasinya berdasar data fakta, bahkan menawarkan sejumlah solusi yang menurutnya benar. Hanya saja, karena para mahasiswa itu masih sangat muda yang punya semangat dan energi besar serta idealisme, kadangkala mudah tersulut emosi hingga menimbulkan anarkisme. Dan itu wajar sejauh tidak membuat keonaran massal.

Pertama kali berurusan dengan hukum saat Abintoro bersama sejumlah kawannya kerap melakukan aksi protes atas kebijakan sekolahnya yang dianggap merugikan. Kemudian aksi protes berlanjut lewat media sosial. Terpaksa harus berhadapan dengan pihak sekolah. Kepala sekolah turun tangan. Pemuda tiga bersaudara, anak ketiga yang aktif terlibat di organisasi OSIS SMK jurusan technik mesin motor ringan ini sekarang sudah kuliah di sebuah perguruan tinggi Dakwah Islam Jakarta mengambil jurusan manajemen karena cita-citanya ingin menjadi seorang pengusaha. Disela-sela kesibukannya kuliah, ia aktif di KSCP [komunitas siswa cerdas produktif] yang digagasnya sendiri. Kemudian GEMA [gerakan mahasiswa] dan Smart Clinic Mandiri yang bergerak di bidang jasa bimbel, toko online dan publishing bersama sejumlah mahasiswa lain. Kegemarannya duduk lama-lama di depan monitor komputer menjadikannya mahir masalah design grafis. Tidak heran jika semua urusan mengenai design spanduk, brosure, backdrop, cover dan lay out buku atau novel menjadi tanggung jawabnya.

Pemuda asal Solo ini sangat ramah dengan siapapun. Tapi kadang juga bisa berubah garang jika sudah melakukan aksi demo dilapangan sambil berorasi dalam rangka menegur dan menegakkan kebenaran pada pemerintah. Spakat! Menjadi pemuda itu harus dinamis dan penuh semangat membela kepentingan rakyat dan umat.

Tinggalkan komentar