Refleksi akhir tahun 2015 : Indonesia semakin terjual dan terjajah

2015 PROJECT

Seiring berjalan nya waktu, 2015 pun sebentar lagi akan usai.. dalam setahun berjalan indonesia semakin nelongso (read; Sengsara). buakan justru memperbaiki diri (mensejahtrakan rakyat nya), tapi malah membunuh rakyat nya secara perlahan. dalm setahun 2015 pemerintahan indonesia pun semakin jelas, semakin menampakan wajah demokrasi yang sesunguh nya, semakin liberal, semakin pro asing..  

Bukti nyata bahwa indonesia semakin liberal dan terjajah, sesui yang di sampaikan Ust. Ismail dalam acara Halqah Islam dan Peradaban Edisi Refleksi Akhir Tahun 2015: Indonesia Makin Liberal dan Makin Terjajah :

BPJS, bukti negara lepas tanggung jawab. Karena BPJS-SJSN hakekatnya adalah asuransi yang dipaksakan kepada seluruh rakyat. “sistem jaminan sosial semacam ini lahir dari sistem kapitalisme. Dengan mewajibkan seluruh rakyat dalam asuransi itu, negara hendak berlepas tangan dari urusan layanan kesehatan rakyatnya!”.

Semakin tingginya ancaman kekerasan terhadap anak. Menurut Ust. Ismail kenyataan tersebut buah dari sistem kehidupan sekularistik itu serta merupakan wabah yang ditularkan oleh peradaban Barat ke negeri-negeri muslim. “Itu mirip potret kehidupan di Barat. Sejak tahun 2000, di AS misalnya, setiap tahun lebih dari 5 juta anakmengalami kekerasan fisik, seksual, verbal, diabaikan, dan ditinggalkan,” kata  ust. Ismail.

Nilai tukar rupiah merosot pada titik terendah sejak krisis 1998. “Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, merupakan konsekuensi logis dari sistem ekonomikapitalis yang menjadikan uang sebagai komoditas sehingga mengikuti hukum permintaan dan penawaran,” kata Ismail yang menegaskan uang dalam Islam haruslah berbasis emas dan hanya sebagai alat tukar saja.

Masuk jeratan rentenir Cina. Pada 16 September 2015, tiga bank milik negara yaitu Bank Mandiri, BRI dan BNI, mendapatkan pinjaman senilai total 3 miliar dolar AS dari China Development Bank (CDB). Masing-masing bank BUMN tersebut, menerima pinjaman sebesar satu miliar dolar AS yang 30 persennya dalam mata uangRenminbi dengan jangka waktu 10 tahun. Tingkat bunga pinjaman tersebut sebesar 3,4 persen untuk mata uang dolar AS dan 6,7 persen untuk mata uang Renminbi.

Tak cukup menjerumuskan ke dalam dosa besar riba, Cina pun mengikat pinjamannya dengan syarat lain yakni adanya jaminan dalam bentuk aset, adanya imbal hasil seperti ekspor komoditas tertentu ke Cina hingga kewajiban negara pengutang agar pengadaan peralatan dan jasa teknis harus diimpor dari Cina. “Inilah cengkeraman baru ala Cina, penjajah dari Timur,”.

dengan meningkatkan pajak dan mengurangi subsidi APBN 2016, pemerintah semakin kapitalis dan memeras rakyat.

Kabut asap adalah bencana yang dibiarkan untuk membela para kapitalis sawit.

pemerintah melanggar UU dan merubah peraturan demi langgengnya penjajahan kapitalisme melalui Freeport di Indonesia.

Pepesan kosong Pilkada Serentak…

Tinggalkan komentar